Koentjaranigrat
mengemukakan suatu sentalitas pembangunan dalam bukunya "Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan".
Menurut beliau, suatu bangsa yang hendak mengintensifkan usaha untuk
pembangunan harus berusaha agar banyak dari warganya lebih menilai
tinggi orientasi ke masa depan, dan demikian bersifat hasil untuk
bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan; lebih
menilai tinggi hasrat explorasi untuk mempertinggi kapasitas
berinovasi; lebih menilai tinggi mentalitas berusaha atas kemampuan
sendiri, percaya diri sendiri, berdisiplin murni dan berani
bertanggung jawab sendiri.
Berdasarkan
uraian di atas dapat diambil tiga pokok yang mendasari Pembangunan
Nasional Indonesia. Pertama, pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya;
Kedua, mentalitas pembangunan masyarakat Indonesia; dan ketiga,
partisifasi aktif masyarakat dalam pembangunan.
Hakekat
dari masyarakat adalah untuk saling melengkapi dan menutupi
kekurangan yang terdapat pada masing-masing individu sebagai anggota
masyarakat. Maka dari itu, kebersamaan dalam kesegeraan untuk
mengaktualkan segala apa yang dinilai relevan dan realistis tentu
juga merupakan suatu keharusan.
Tulisan
ini dimaksudkan hanya untuk mengungkapkan sampai sejauh mana
keberadaan dan peran serta masyarakat khususnya Islam dalam
pembangunan Nasional.
Latar belakang
Pembangunan nasional adalah upaya
untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan
sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam
pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi
seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
tugas mewujudkan Tujuan Nasional.
Pelaksanaan pembangunan mancakup
aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah,
terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan
kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan
sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu,
sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak
untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia.
Berbicara masalah Pembangunan
Nasional, tidak bisa terlepas dari pembicaraan manusia dan
masyarakat, baik sebagai subyek (pelaku) pembangunan, maupun sebagai
obyek yang dituju oleh pembangunan itu. Manusia/masyarakat, selain
menjadi pokok permasalahan pembangunan itu sendiri, dapat juga
dilihat bahwa peristiwa besar apapun yang terjadi di dunia, masalah
apa yang dipecahkan dalam pembangunan di bumi pada intinya dan pada
akhirnya bertautan dengan manusia dan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat di dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang mengatakan bahwa
Pembangunan Nasional Indonesia dilaksanakan dalam rangka pembangunan
Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh Masyarakat
Indonesia.
Di bagian lain, GBHN menegaskan
tentang partisifasi aktif segenap masyarakat dalam pembangunan yang
harus makin meluas dan merata, baik dalam memikul beban pembangunan,
maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan ataupun
pula di dalam menerima kembali hasil pembangunan. Untuk itu perlu
diciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung cita-cita
pembangunan, serta terwujudnya kreatifitas dan otoaktifitas di
kalangan Rakyat.
Pembangunan nasional dilaksanakan
dalam rangka pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, seperti yang
telah dikemukakan di atas. Ini berarti bahwa Pembangunan Nasional
Indonesia tidak ditujukan kepada kemajuan lahiriah atau batiniah
saja, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara
keduanya. Dan pembangunan itu harus merata bagi seluruh Masyarakat
Indonesia, bukan untuk sesuatu golongan atau orang-orang tertentu dan
harus benar-benar dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat di semua
pelosok tanah air Indonesia.
Bangsa Indonesia menghendaki
kesalarasan hubungan manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia,
serta alam sekitarnya, keselarasan hubungan antar bangsa-bangsa dan
juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dan mengejar
kebahagian diakhirat kelak.
Tujuan Pembangunan Nasional itu
sangat sesuai dengan tujuan hidup seorang muslim seperti tuntunan
agamanya. Untuk mencapai kebahagiaan yang sejati menurut pandangan
Islam, harus ada keseimbangan pandangan, baik terhadap keduniaan,
maupun untuk kehidupan di akhirat nanti. Islam mengajarkan tentang
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia
lainnya dan hubungan manusia dengan alam.
Islam Dalam Pembangunan Nasional
Peranan
Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik
di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan.
Pada masa kolonial Islam harus berperang menghadapi ideologi
kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan Islam harus berhadapan
dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala intriknya.
Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau
pemimpin-pemimpin Islam punya
andil besar terhadap perumusan NKRI. Para pemimpin Islam terutama
dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri di atas
Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta.
Namun, format tersebut
hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat
beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia
menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.
Pemerintahan masa
orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di dalam
negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh
ditampilkan, termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan
terjadinya kondisi depolitisasi politik di dalam perpolitikan Islam.
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat
itu rakyat Indonesia
bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan
reformasi tidak lepas dari peran para pemimpin Islam pada saat itu.
Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung reformasi adalah KH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama. Muncul juga nama
Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari
kalangansantri.
Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun
reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun
semakin diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya
tanpa malu dan takut lagi menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam
selama reformasi juga berhasil menjadikan Pancasila bukan
lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh
menggunakan asas Islam. Kemudian bermunculanlah
berbagai partai politik
dengan asas dan label Islam. Partai-partai politik yang berasaskan
Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-lain.
Sebagai
contoh Organisasi Islam yang juga berperan dalam pembangunan yaitu
Muhammadiyah.
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan
kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di
bidang keagamaan, pendidikan, dan social menuju kepada tercapainya
kebahagiaan lahir batin.
Tujuan
Muhammadiyah ialah sebagai berikut.
- Memajukan pendidikan dan pengajaran berdasarkan agama Islam.
- Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup menurut agama Islam.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah
adalah sebagai berikut:
- Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari TK sampai dengan perguruan tinggi).
- Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid.
- Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam modernis sejak awal kelahirannya telah memilih
jalan pergerakan di wilayah social-keagamaan yang memusatkan
perhatian pada cita-cita pembentukan masyarakat (masyarakat islam
atau masyarakat utama) ketimbang bergerak di lapangan politik dengan
melibatkan diri dalam kancah perjuangan politik-protaktis (riel
politics) yang memperebutkan kekuasaan dalam pemerintahan dan lebih
jauh lagi mencita-citakan pembentukan sistem Negara. Dengan orientasi
gerakan social-keagamaan itu Muhammadiyah berhasil melakukan
transformasi social ke berbagai struktur dan proses kehidupan
masyarakat secara langsung, operasional, dan relative dapat diterima
oleh banyak kalangan masyarakat. Dalam usianya yang lebih dari 80
tahun, Muhammadiyah telah memiliki lebih dari 13.000 sekolah dari
jenjang pendidikan TK, SD, SLTP sampai ke SMU, juga Madrasah Diniyah
dan Madrasah Muallimin/Muallimat serta pondok pesantren. Belum
terhitung lebih dari 60 perguruan tinggi dan akademik tersebar di
seeluruh nusantara.
Dalam
bidang pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, Muhammadiyah
telah memiliki lebih dari 400 unit usaha yang berupa rumah sakit
umum, poliklinik, BKIA, panti asuhan dan yatim piatu, dan pos
santunan social serta lebih dari 3000 mesjid. Hal lain yang perlu
dicatat adalah bahwa prestasi Muhammadiyah yang gemilang itu dicapai
melalui pendekatan terbuka, ramah, dan bersahabat dengan semua pihak,
dan menempuh jalan yang dibenarkan oleh undang-undang yang berlaku
serta tidak bersikap tertutup dan ekslusif. Salah satu kunci utama
dari keberhasilan Muhammadiyah adalah sikapnya yang steady dan
konsisten dengan maksud pendirian persyarikatan.
Islam juga
memberikan sumbangan pada pengembangan ilmu pengetahuan,
penyelenggaraan pendidikan, kegiatan sosial, ekonomi, dan
lain-lain. Pusat-pusat pengembangan ilmu, sekalipun masih
terbatas jumlahnya, ternyata dilakukan dari motivasi keagamaan.
Selain itu, betapa besar jumlah lembaga pendidikan yang
dirintis dan dikembangkan atas dorongan semangat agama. Munculnya
sekolah-sekolah Islam di berbagai tempat adalah bukti konkrit betapa
besar peran dan sumbangan agama di negeri ini. Dalam kegiatan
sosial, berbekalkan semangat agama maka di berbagai
kota berdiri panti asuhan anak yatim, perawatan orang
jompo, pembangunan klinik, rumah sakit, gerakan pengentasan
kemiskinan dan lain-lain. Gerakan itu muncul atas
inisiatif dan prakarsa para pemeluk agama Islam yang dilakukan
sebagai bagian dari wujud ketaatannya terhadap
agamanya. Gerakan itu dirintis dan
diselenggarakan tanpa menunggu bantuan dan pembiayaan dari
pemerintah. Agama tidak cukup hanya dilihat sebagai
gerakan ritual, melainkan juga memiliki kemampuan menggerakkan orang
untuk melakukan kegiatan dalam wilayah yang amat luas.
Melalui
gambaran tersebut, maka bisa dilihat secara jelas peran
strategis Islam dalam membangun bangsa ini. Memang peran itu
belum maksimal. Masih diperlukan proses yang panjang lagi. Semuanya
masih dalam proses pendewasaan, pengayaan, dan gerakan menuju tingkat
kualitas yang lebih baik.
Analisis
Ternyata ajaran tentang
pembangunan ini juga terkandung di dalam ajaran Islam kepada uamtnya
yang bersumber dari Al-Quran.
Dikatakan, “Allah
tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(AR Ra'du: 11). Ini berarti bahwa untuk merubah, dalam ari membangun,
masyarakat itu harus mengusahakan sendiri pembangunan itu. Berusaha
dengan kemampuan sendiri dan percaya kepada diri sendiri, tidak
bergantung kepada orang/masyarakat lain, apalagi kalau mengharapkan
masyarakat lain yang akan mengadakan perubahan itu. Pendeknya Islam
mengharapkan suatu masyarakat mampu mandiri dan pembangunan.
Allah menciptakan langit dan bumi
dan segala isinya untuk manusia agar berpikir. “Penciptaan
langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
(Q.S. Ali Imron: 190). Manusia dianugerahi akal oleh Allah untuk
berpikir dan mengamati, serta menyelidiki rahasia-rahasia yang
terkandung di dalam alam. Berpikir untuk kemajuan masyarakat,
berusaha memanfaatkan apa-apa yang telah diadakan dan diciptakan
Allah dengan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi masyarakat.
Umat Islam merupakan masyarakat
yang tangguh, ulet dan tidak mengenal menyerah dalam memperjuangkan
apa yang diharapkan dan dicita-citakan. Penyebabnya adalah karena
umat Islam meyakini bahwa kewajiban berikhiktiar itu harus dilakukan
sebaik-baiknya, lalu tentang hasilnya mereka menyerahkan sepenuhnya
kepada Allah Swt. Allahlah yang menentukan segala sesuatunya, begitu
anggapan mereka. Itulah yang disebut tawakal (Al Maidah: 23).
“Berkatalah dua
orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui
pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu
akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika
kamu benar-benar orang yang beriman."
Al Qur'an juga memerintahkan agar
bangkit dan bangun untuk berpartisifasi dalam pembangunan. Berusaha
dan bekerja keras dalam menyumbangkan sesuatu dalam pembangunan tanpa
pamrih atau mengharapkan imbalan yang terlalu banyak (Al Mudatstsir:
1-7) Mereka sadar dan siap untuk melakukan peran apa saja dalam
pembangunan, membangun demi kemajuan umat manusia dan negara
Indonesia. Mereka tidak mau berleha-leha atau bersantai-santai di
dalam melakukan pembangunan, apalagi berpangku tangan.
Masyarakat Islam merupakan
masyarakat yang suka bekerja sama di dalam menyumbangkan tenaga dan
pikirannya dalam pembangunan. Islam mengajarkan hal ini kepada
umatnya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 2: "Dan
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebijakan dan taqwa dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran,
bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksanya".
Islam tidak membenarkan seseorang
mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu kepentingan masyarakat umum.
Justru kepentingan masyarakat itu hendaklah didahulukan dari
kepentingan pribadi atau golongan (Al Hasyer: 9). Dengan begitu maka
seorang muslim akan bertanggung jawab terhadap baik-buruknya
masyarakat, lalu berusaha agar menjadi berguna dan kemudian ikut
serta berpartisifasi secara aktif dalam setiap usaha yang baik untuk
kesejahteraan masyarakat. “Dan
orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor)
'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan
mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”.
Penutup
Bahwa Islam mempunyai peranan
yang tidak sedikit dalam Pembangunan Nasional mewujudkan Manusia
Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh Masyarakat Indonesia menuju
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Islam
tidak bisa dipandang sebelah mata. Di setiap masa dalam kondisi
perpolitikan bangsa ini,
Islam selalu punya pengaruh yang besar. Sejak bangsa ini belum
bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat
ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat
Islam.
Salah satu
penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas
bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar
penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi
orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Selain itu, Islam
tidak hanya mendukung pembangunan, pengembangan dan kemajuan di
berbagai bidang, tetapi ia pun menuntut setiap hari yang dilalui umat
manusia lebih baik dari hari sebelumnya.
Daftar pustaka
Ibnu
Khaldun,Muqaddimah,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006)
1 Komentar untuk "Islam dalam Pembangunan Nasional"
agen365 menyediakan game : sbobet, ibcbet, casino, togel dll
ayo segera bergabung bersama kami di agen365*com
pin bbm :2B389877