Follow me on Blogarama

main-nav-top (Do Not Edit Here!)

Sarekat Dagang Islam (Sejarah dan Perkembangannya)

Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah koperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, jadi tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu, agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Sebenarnya ada pula sebagian pendapat yang mengatakan bahwa SDI telah berdiri pada tahun 1905. Tujuan SDI adalah memajukan perdagangan, melawan monopoli pedagang Tionghoa dan memanjukan Agama Islam. Karena itulah, SDI disebut gerakan nasionalistis-religius-ekonomis. Dalam perkembangannya, SDI tidak sekadar menjadi organisasi yang bergerak dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang politik. 

Perjuangan dalam bidang politik dilakukan sebagai reaksi atas Christelijke Zending atau Kristening-Politiek yang dilakukan terhadap pengajaran agama di Indonesia. Namun, Belanda justru memberi kesempaatan kepada pengajaran zending dan missie. SDI adalah simbol perlawanan atas kesewenang-wenangan pemerintah kolonial Belanda. SDI mengarahkan pergerakannya di kalangan rakyat kebanyakan. Salah satu sebab berdirinya SDI adalah untuk melawan perdagangan bangsa Tionghoa, maka sering terjadi permusuhan dan persaingan natara pedanagn Tionghoa dan Pedagang Islam (Indonesia). Hal ini menimbulkan ketegangan dikedua belah pihak yang menyebabkan terjadinya huru-hara.

Sejarah perkembangan Sarekat Islam


Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik dikalangan Muslimin di Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan Sarekat islam, terutama pada dua puluh tahun pertama sejak didirikan. Perkembangan Sarekat Islam dapat dibagi dalam empat bagian: Periode pertama, dari 1911 sampai 1916 yang memberi corak dan bentuk bagi partai tersebut; kedua, dari 1916 sampai 1921 yang dapat dikatakan sebagai periode puncak; ketiga, dari 1921 sampai 1927, periode konsolidasi. Dalam periode ini partai tersebut bersaingan keras dengan golongan Komunis, disamping juga mengalami tekanan-tekanan yang dilancarkan oleh pemerintah Belanda. Dan keempat, dari 1927 sampai 1942, yang memperlihatkan usaha partai untuk tetap mempertahankan eksistensinya di forum politik Indonesia.

Salah satu faktor yang mendorong berdirinya SI adalah politik pemerintah Belanda di bidang sosial, yaitu membuat kelas sosial dimasyarakat sehingga penduduk Indonesia terbagi menjadi golongan Pribumi, Asia, Eropa. Ini mengakibatkan rendahnya martabat penduduk pribumi yang berada dibawah bangsa asing.

Disamping dalam bidang sosial, ada upaya lain dari pemerintah Hindia Belanda, yakni dengan menggunakan politik zending, artinya suatu usaha dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengkristenkan bangsa yang dijajah. Atas dasar ini maka rasa kebersamaan agama bagi yang diperintah dan memerintah bisa dicapai, hal ini semata-mata sebagai salah satu upaya untuk melanggengkan kekuasaannya di Indonesia. Sebab Belanda mengetahui, mayoritas bangsa Indonesia yang beragama Islam masih memiliki keyakinan yang kuat yakni tidak bisa diperintah oleh pemerintah yang berlainan agama.

Pembagian kelas dalam tata kehidupan rakyat ditahap jajahan itu membuat rakyat pribumi menjadi kelas terendah diantara golongan Eropa dan dipersamakan. Pada zaman politik pintu terbuka, dengan diperluasnya penguasa swasta maka peranan golongan cina dalam sektor perdagangan menempati posisi yang strategis terutama dalam sektor perdagangan ekspor. Besarnya peranan golongan cina dalam hal ini memang beralasan, sebab dengan keluarnya UU agraria tahun 1870, menunjukkan bahwa batasan terhadap kepemilikan tanah atas orang-orang cina. Hanya orang cina yang merasa setaraf dengan orang belanda, dan memandang rendah terhadap bangsa Indonesia.

Kedudukan orang cina tidak hanya sekedar dalam hal perdagangan saja, tetapi juga dalam hal penarikan pajak atas jalan-jalan tertentu yang dibuat oleh pemerintah. Tujuan Sarekat Dagang Islam adalah ingin memajukan perdagangan, melawan monopoli tionghoa. Oleh karena itu pada akhir tahun 1911 di bawah pimpinan Haji Samanhudi kumpulan pedagang batik sepakat membentuk Sarekat Dagang Islam dengan tujuan mempersatukan pedagang batik dan mempertinggi derajat bumi putera.

Sarekat Islam dibawah kepemimpinan H.O.S Tjokroaminoto


Sarekat Dagang Islam mengalami masa kejayaan ketika H.O.S Tjokroaminoto bergabung. Di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto, Sarekat Dagang Islam menjelma menjadi sebuah organisasi Islam besar yang sempat membuat pemerintah Belanda merasa khawatir jika suatu saat dapat mengancam eksistensinya di Indonesia. H.O.S Tjokroaminoto mempunyai sebuah prinsip, berjuang untuk pembebasan bangsanya dari belenggu penjajahan. Untuk itu ia tidak pernah berhenti sampai pada akhir hayatnya.

Awal mula bergabunya H.O.S Tjokroaminoto menjadi anggota Sarekat Dagang Islam adalah melalui H. Hasan Ali Surati, seorang saudagar kaya dari India. Oleh Hasan Ali, H.O.S Tjokroaminoto diperkenalkan dengan empat pengurus SI yang sedang menjajaki pembukaan cabang disana. Sejak itulah Tjokroaminoto menunjukkan ketertarikannya dan resmi menjadi anggota SI untuk kemudian menjadi ketua cabang di Surabaya. Oleh Tjokroaminoto, SI menjadi organisasi pergerakan pertama yang mampu mengadakan mobilisasi massa dalam sebuah vergadering (rapat terbuka) yang diadakan pada 26 Januari 1913 di Surabaya. Rapat terbuka tersebut dihadiri 12 afdeling (cabang) dari 15 afdeling yang ada dan berhasil menyedot atensi massa sebanyak 80.000 orang. Namun, menurut Schippers 64.000 peserta rapat di Surabaya ini berasal dari Surakarta. Selanjutnya, pada kongres pertama yang diadakan di Surakarta pada 23 Maret 1913 yang diikuti oleh 48 afdeeling Tjokroaminoto ditunjuk sebagai wakil ketua SI dan redaktur pelaksana Oetoesan Hindia.

Di tangan Tjokroaminoto-lah SI mengubah konsep pergerakannya dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan nasional yang berorientasi sosial politik dan kepemimpinannya beralih dari kelompok borjuis pribumi ke kaum intelektual yang terdidik secara barat. Itu terbukti dengan dihapuskannya kata “Dagang” dari nama organisasi, dari nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam. Perubahan nama dari Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat islam bukan hanya perubahan nama semata, melainkan lebih dari pada itu perubahan nama sekaligus perubahan orientasi, yaitu dari sifat ekonomi ke politik.

Pada awalnya dihapuskannya kata Dagang dari Sarekat Islam dimaksudkan untuk memperkuat tujuan dan ruang lingkup perjuangan organisasi, tidak hanya mencakup bidang ekonomi saja, tetapi berorientasi ke bidang politik, sosial, kultural dan sebagainya, dan keanggotaannya sudah mencakup seluruh umat Islam di Indonesia yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia. Karena semakin banyaknya rakyat yang masuk ke dalam organisasi ini, maka Sarekat Islam mengajukan badan hukum. 

Kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi. Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal. Selain itu, SI juga berhasil mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI). Sampai Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil diubah menjadi SI lokal dan nantinya terus bertambah. Maka, amat wajar pengaruh Tjokroaminoto semakin besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk menjadi suksesor Samanhoedi. Dan kenyataan ini membuat pemerintah kolonial Belanda menjadi khawatir jika Sarekat Islam tersebut berkembang menjadi organisasi politik yang melawan pemerintah Hindia Belanda.

Gubernur Jenderal Idenburg adalah gubernur yang berkuasa ketika Sarekat Islam lahir. Idenburg menaruh simpati terhadap tujuan Sarekat Islam. Sikapnya terhadap cita-cita ekonomi gerakan ini sangat positif dan ia menyadari bahwa hal itu merupakan awal dari proses terbentuknya kesadaran rakyat Indonesia.tetapi dilain pihak Idenburg keberatan terhadap bentuk Sarekat Islam dalam menyebarkan dirinya. Menurutnya Sarekat Islam terlalu bersifat massa. Tidak menyenangkan dan terlalu merugikan. Selain itu keputusan dan sikap Idenburg terhadap sarekat Islam juga dipengaruhi oleh penasihat-penasihatnya.

Kehadiran Tjokroaminoto di SI merupakan dimulainya babak baru dalam organisasi pergerakan Indonesia. Orientasi gerakan berubah, dari orientasi sosial ekonomi menjadi organisasi yang berorientasi sosial politik. Perubahan nama dari SDI menjadi Sarekat Islam, merupakan indikasi transformasi organisasi dari yang berlatar belakang ekonomi kepada politik. SI sebagai gerakan politik pada sejak tahun 1912 juga dikemukakan oleh John Ingleson dalam ‘Jalan Kepengasingan’ yang menyatakan bahwa pada tahun 1912, ia merupakan partai poltik Islam yang terkemuka dan selama beberapa tahun menjadi partai modern satu-satunya pada masa kolonial.

Pada tanggal 26 Januari 1913, diadakan Kongres I Sarekat Islam di Surabaya. Ribuan orang datang berbondong-bondong, jalan-jalan menuju Taman Kota di mana kongres diselenggarakan penuh sesak oleh orang. Ketua H. Samanhudi disambut besar-besaran, di stasiun beliau disambut dengan korps musik dan dibopong beramai-ramai menuju mobil jemputan. Menurut laporan Asisten Residen Kepolisian pada tanggal 12 Pebruari, menyebutkan bahwa massa yang hadir pada saat itu ditaksir antara delapan sampai sepuluh ribu orang.

Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroaminoto dan pada kongres itu beliau menyatakan bahwa Sarekat Islam bertujuan: “…Membangun kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercetak oleh Allah, menjunjung derajat yang masih rendah, memperbaiki nasib yang masih jelek dengan jalan mencari tambahan kekayaan”.

Kemudian pada tanggal 23 Maret tahun yang sama, kongres ke II dilaksanakan di Solo. Pada kongres itu H. Samanhudi terpilih sebagai ketua dan Tjokroaminoto sebagai wakil. Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroamonoto.

Sarekat Islam bagai aliran setrum tegangan tinggi yang menghentakkan seluruh syaraf kesadaran kaum muslimin bangsa Indonesia untuk segera mendobrak penjara-penjara yang telah mengurung seluruh eksistensi mereka berabad-abad. Semangat perlawanan yang muncul di mana-mana dipandang oleh Korver sebagai gerakan emansipasi kalangan Sarekat Islam, suatu cita-cita yang dihayati oleh para pemimpinya. Gerakan emansipasi tersebut meliputi: 

Penolakan akan berbagai prasangka negative dan diskriminasi terhadap golongan pribumi 



Pada kongres di Bandung, Tjokroaminoto menyatakan:
“…merupakan tugas Sarekat Islam untuk memprotes kata-kata dan perbuatan yang bermaksud merendahkan ‘de Inlandsche onderdanen…rakyat yang berdiam di desa-desa atau kampung-kampung terus menerus di sebut de kleine man (wong cilik), apakah sebutan ini sesungguhnya tepat?” “Tidak!, ucapan seperti itu atau pandangan-pandangan yang demikian sudah tidak pantas lagi didengar oleh suatu bangsa yang sedang mulai berevolusi dan yang sedang mulai meningkatkan dirinya!

Penilaian yang positif terhadap identitas diri sebagai bangsa



Identitas diri meliputi masalah keagamaan, seperti ungkapan yang melarang atau mengingkari agama sendiri, yaitu agama Islam. Harian Kaoem Muda pada tahun 1915 mengecam suatu perkawinan antara putri seorang Bupati dengan seorang Perwira Eropa yang tidak menganut agama Islam. 

Kemudian identitas kebangsaan, seperti kecaman dan kritikan pedas yang dilancarkan terhadap orang Indonesia yang meminta persamaan status hukum dengan orang Eropa. Hal demikian dianggap sebagai pengkhiahat dan merendahkan bangsanya sendiri. Selama masih ada orang demikian yang merasa sok berlagak, apakah sesungguhnya yang dapat kita harapkan dari orang Eropa. Demikian tulis harian Kaoem Moeda. Identitas diri yang juga didengungkan adalah sebagai bagian dari bangsa Asia dengan suatu anggapan akan hancurnya peradaban Barat disusul dengan bangkitnya Asia sebagai kekuatan yang pernah memimpin dunia. 

Cita-cita menentukan nasib sendiri dan politik



Masalah tuntutan persamaan hak-hak politik secara gamblang dan terang-terangan diucapkan, dimulai ketika pemerintah Belanda bermaksud membentuk milisi pada tahun 1914. Tjokroaminoto dalam bulan september 1914, menolak rencana pembentukan milisi apabila tidak disertai perbaikan dengan perluasan hak-hak politik rakyat. Beliau juga berjanji (yang menurut Korver ‘janji samar-samar’) apabila Jawa diserang, SI tidak akan memberikan bantuan kepada agresor. Kemudian R. Ahmad mengemukakan bahwa SI menolak dengan keras terhadap rencana pembentukan milisi rakyat, sebelum Indonesia merdeka dan tidak mempunyai hak bicara menentukan perang dan damai, pada saat ini Indonesia masih dianggap sebagai ‘barang’ dan tidak mungkin ‘barang’ dapat mempertahankan diri, para pemiliknyalah yang harus mempertahankan barang. Sinar Jawa menulis bahwa mempertahankan tanah air adalah baik, tetapi pemerintah hendaklah memerintah rakyatnya dengan baik dan mengakhiri penindasan yang dilakukannya;bangsa Indonesia harus lebih dulu disamakan derajatnya dengan bangsa-bangsa lain.

G.J. Hazeu (Penasihat untuk Urusan Bumiputra) menyatakan bahwa kesadaran politik dan cita-cita otonomi bagi pemimpin-pemimpin SI semakin tumbuh dan bahwa sikap ini dengan cepat meluas pada anggata-anggotanya. Fakta-fakta tersebut menunjukkan kesadaran politik seluruh lapisan masyarakat bahwa bangsa Indonesia tidak boleh pasif menerima nasib dijajah oleh kolonial Belanda tetapi harus bangkit menetukan nasibnya sendiri berhasil dilakukan SI.

Pada tahun 1915, Sarekat Islam telah memiliki 500 000 anggota, dan enam tahun kemudian yaitu tahun 1921 anggotanya telah mencapai dua juta orang serta telah terbentuk cabang-cabang SI di seluruh provinsi di Indonesia kecuali Irian Barat.

Kongres Nasional Pertama di Bandung, dihadiri oleh seluruh cabang Sarekat Islam yang meliputi Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali dan Sulawesi. Kongres yang bersifat nasional ini bukan hanya pertama bagi Sarekat Islam, tetapi juga merupakan kejadian pertama kali dalam sejarah pergerakan politik di Indonesia. Hal ini tidak sekedar mencerminkan bahwa Sarekat Islam telah tersebar ke seluruh penjuru tanah air (yang kelak menjadi batas-batas kekuasaan wilayah Indonesia), tetapi juga mencerminkan suatu usaha yang sadar dari para pemimpin SI untuk menyebarkan dan menegakkan cita-cita nasionalisme dengan Islam sebagai ajaran yang dianggap dasar dalam pemikiran tersebut.

Kata ‘Nasional’ diperdengarkan kepada khalayak ramai untuk pertama kalinya. Menjelaskan kata ‘nasional’ Tjokroaminoto berkata bahwa ia merupakan suatu usaha untuk meningkatkan seseorang pada tingkat nasional usaha pertama kali untuk berjuang menuntut pemerintahan sendiri atau sekurang-kurangnya agar orang-orang Indonesia diberikan hak untuk mengemukakan suaranya dalam masalah-masalah politk. Kemudian dalam pidatonya Beliau mengemukakan lebih spesifik mengenai bagaimana seharusnya hubungan antara Indonesia dengan Belanda, sebagai berikut:

“Tidaklah layak Hindia –Belanda diperintah oleh Holand, Zoals een landheer zijn percelen beheert (sebagai tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya). Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang diberikan makanan hanya disebabkan oleh susunya. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya. Keadaan yang sekarang yaitu negri kita diperintah oleh suatu Staten-General yang begitu jauh tempatnya nun di sana…dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggung jawabkan bahwa penduduknya terutama penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri….Tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita tanpa partisipasi kita, mengatur hidup kita tanpa kita”. 

Korver menyatakan bahwa Kongres SI merupakan kesempatan pertama dalam sejarah Indonesia yang memungkinkan manusia Indonesia dari berbagai bagian kepulauan Indonesia bersama-sama melaksanakan politik dan bertukar fikiran mengenai bermacam-macam permasalahan.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka di Indonesia pada awal abad ke XX tahun 1915 M Sarekat Islam satu-satunya organisasi gerakan politik yang telah berhasil dan mampu menggerakan kesadaran politis dan menyelenggarakan kongres tingkat nasional I (pertama) di Bandung/Jawa Barat .Setelah melaksanakan Kongres Nasional pertama di Bandung, kemudian disusul Kongres Nasional II (1917). Kongres Nasional ke II diselenggarakan di Jakarta melahirkan Program asas dan program Tandzim. Keterangan Asas (Pokok) mengemukakan kepercayaan Centraal Sarekat Islam bahwa: “Agama Islam itu membuka rasa pikiran perihal persamaan derajat manusia…dan bahwasannya itulah sebaik-baiknya agama buat mendidik budi pekertinya rakyat…Partai juga memandang agama sebagai sebaik-baiknya daya upaya yang boleh dipergunakan agar jalannya budi akal masing-masing orang itu ada bersama-sama budi pekerti….dan memperjuangkan agar tambah pengaruhnya segala rakyat dan golongan rakyat…di atas jalannya pemerintahan dan kuasanya pemerintah yang perlu akhirnya akan boleh mendapat kasa pemerintah sendiri.

Sesungguhnya mulai menampak betul-betul sifat, maksud dan tujuan “Sarekat Islam” ialah ketika sudah ditetapkan Program-Asas (Beginsel-program) dan Program-Pekerjaannya (Program van Actie) di dalam Kongresnya pada tahun 1917 di Batavia (Djakarta). Maksud Pergerakan SI : akan menjalankan Islam dengan seluas-luas dan sepenuh-penuhnya, supaya kita mendapat suatu Dunia Islam yang sejati dan bisa menurut kehidupan Muslim yang sesungguh-sungguhnya.

Program kerja dibagi atas delapan bagian yaitu: Mengenai politik Sarekat Islam menuntut didirikannya dewan-dewan daerah, perluasan hak-hak Volksraad dengan tujuan untuk mentransformasikan menjadi suatu lembaga perwakilan yang sesungguhnya untuk legelatif. Sarekat Islam juga menuntut penghapusan kerja paksa dan sistim izin untuk bepergian. Dalam bidang pendidikan, SI menuntut penghapusan peraturan diskriminatif dalam penerimaan murid di sekolah-sekolah. Dalam bidang agama, SI menuntut dihapuskannya segala peraturan dan undang-undang yang menghambat tersiarnya agama Islam. Sarekat Islam juga menuntut pemisahan lembaga kekuasaan yudikatif dan eksekutif dan menganggap perlu dibangun suatu hukum yang sama bagi menegakkan hak-hak yang sama di antara penduduk negeri. Partai juga menuntut perbaikan di bidang agraria dan pertanian dengan menghapuskan particuliere landerijen (milik tuan tanah) serta menasonalisasi industri-industri monopolistik yang menyangkut pelayanan dan barang-barang pokok kebutuhan rakyat banyak. Dalam bidang keuangan SI menuntut adanya pajak-pajak berdasar proporsional serta pajak-pajak yang dipungut terhadap laba perkebunan. Kemudian SI menuntut pemerintah untuk memerangi minuman keras dan candu, perjudian, prostitusi dan melarang penggunaan tenaga anak-anak serta membuat peraturan perburuhan yang menjaga kepentingan para pekerja dan menambah poliklinik dengan gratis. 

Dalam Kongres Nasional Ke II ini terlihat bahwa dalam tubuh SI ada kubu baru yang menyusup (infiltrasi) sehingga menjadi konflik antara kubu Islam versus kubu Komunis . (SI Cabang Semarang) dan dalam Kongres Nasional tahun 1919 terjadi puncak konflik. Komunisme pertama kali diperkenalkan oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marei Sneevliet. Dia memulai karirnya sebagai seorang penganut mistik Katholik tetapi kemudian dia beralih ke ide-ide sosial demokratis revolusioner. Sneevliet datang ke Hindia pada ahun 1913 setelah mengalami masa ramai dan penuh angin topan di SDAP (Sociaal Democratische Arbeiders Partij) dan gerakan-gerakan buruh yang mempunyai hubungan dengan SDAP, kemudian dia menjadi simpatisan SDP (Sociaal Demokratische Partij), perintis Partai Komunis, pecahan SDAP.

Selanjutnya, Sneevliet bertindak sebagai agen Komunis Internasional (Komintern) di China dengan nama samaran G. Maring. Kemudian dia menetap di Surabaya selama dua bulan dan menjadi pemimpin redaksi Handelsblad, kemudian menjadi sekretaris Kamar Dagang di Semarang. Di Semarang Sneevliet mendirikan VSTP (Vereeniging Spoor en Tramwegpersoneel) Serikat Buruh dan Trem/Kereta Api, sebuah gerakan radikal dimana ia kelak bertemu dengan Semaun, sebelum ia memprakarsai berdrinya ISDV (Indsche Sociaal Democratische Vereniging) bersama Ir. Adolf Baars. Partai kecil beraliran kiri ini dengan cepat akan menjadi partai komunis pertama di Asia yang berada di luar Uni Soviet. Sejak datang ke Hindia dia sangat tertarik dengan gerakan-gerakan buruh, untuk menjalin hubungan dengan gerakan politik Indonesia, ia mulai menerbitkan Het Vrije Woord (Kata yang bebas). Anggota ISDV pada mulanya hampir seluruhnya orang Belanda, kemudian sekitar tahun 1914-15 partai ini menjalin persekutuan dengan Insulinde (Kepulauan Indonesia), sebuah partai yang didirikan tahun 1907 dan setelah tahun 1913 menerima sebahagian besar anggota Indische Partij yang berkebangsaan Indo-Eropa yang radikal. Tetapi organisasi ini bukanlah merupakan media ideal bagi ISDV untuk meraih rakyat sebagai basis utamanya, oleh sebab itu ISDV mulai berpaling ke SI. Pemimpin-pemimpin muda SI yang radikal di tarik oleh Sneevliet dan Baars ke ISDV dan dimatangkan dalam arti sosialis-revoluioner. Orang terpenting dari kelompok ini adalah Semaun yang sangat berjasa bagi organisasi SI cabang semarang melalui garis sosialis, juga Alimin di Batavia (Jakarta). 

Sebelum diselenggarakan Kongres Nasional SI Pertama di Bandung, sejumlah aktivis ISDV bangsa pribumi sudah bergerak secara aktif di SI dan Semaun hadir pada saat itu. Deliar Noer menyatakan bahwa tujuan ISDV ialah memancing rakyat banyak untuk memperoleh dukungan-dukungan kepemimpinan mereka dalam rangka pergerakan rakyat pada umunya. Mereka merasa cukup apabila kepercayaan rakyat terhadap Sarekat Islam goncang. Kegiatan ISDV di dalam lingkungan Sarekat Islam mengoncangkan partai seperti dalam masalah-masalah Indie Weerbaar, Volksraad dan perburuhan. Para pemimpin SI yang anti komunis menaruh curiga bahwa kegiatan-kegiatan ISDV mendapat sokongan dari pihak pemerintah Belanda dalam rangka usaha untuk mencegah pengikut partai yang tumbuh cepat dan hal ini telah menyebabkan timbulnya ketakutan di kalangan orang Belanda. Abdul Moeis menulis bahwa Sneevliet seolah-olah dikirim dengan sengaja oleh pemerintah Belanda untuk memecah gerakan rakyat yang merupakan bahaya besar bagi tanah air Belanda. 

Pengaruh kiri ke dalam Sarekat Islam semakin bertambah besar, jumlah anggota SI Semarang berkembang pesat mencapai 20.000 orang pada tahun 1917 dan di bawah pengaruh Semaoen mengambil garis keras anti kapitalis yang kuat. Cabang ini semakin hari semakin lantang menyerang SI terutama masalah Indie Weerbaar dan Volksraad sebagaimana telah dijelaskan, dan dengan sengit menyerang kepemimpinan Central Sarekat Islam, terutama terhadap Salim dan Moeis. Pada bulan November 1918 Sneevliet dibuang, sementara Adolf Baars pulang pada bulan Maret 1919. Kepergian pemimpin-pemimpin Belanda menjadikan Semaoen dan Dharsono yang terkenal mahir dalam teori, tampil sebagai pemimpin. Fokus policy-nya adalah hubungan dengan Sarekat Islam, dalam hal ini masalah infiltrasi untuk menancapkan pengaruh dalam SI. Pada tahun 1918, Semaoen terpilih sebagai pengurus pusat CSI. Pada masa itu SI cenderung terwarnai oleh pentolan-pentolan ISDV, kegiatan pun bergeser kemasalah-masalah perburuhan. Pada kongres SI tahun 1918 disetujui mengenai pemogokan-pemogokan buruh yang teratur untuk memperbaiki nasib, mencari keadilan dan melawan pebuatan sewenang-wenang (dan) akan memajukan ikhtiar kaum buruh buat memperbaiki nasib, mencari keadilan dan melawan perbuatan sewenang-wenang itu untuk menegakkan keadilan dan untuk menghapuskan tindakan-tindakan sesuka hati. Partai juga akan membantu pemogokan–pemogokan. Pada kongres tahun 1919 partai memberikan pengarahan tentang cara-cara mogok, dimana pemogokan hanya dilakukan apabila cara-cara damai tidak berhasil dan apabila menurut perhitungan kemenangan dapat diraih oleh pihak buruh. Pemogokan pada mulanya harus dibatasi pada suatu tempat, kemudian diperluas ketempat lain dan pada akhirnya seluruh Tanah Air, bergantung kepada perlu tidaknya tekanan ditingkatkan sebagai sokongan terhadap tuntutan pekerja. 

Pada Kongres Nasional SI ke VII Oktober 1921 di Surabaya tersebut SI Merah (Komunis) secara organisatoris dikeluarkan dari tubuh SI. Kubu Komunis Yang dikeluarkan dari kubu SI (SI Putih) tahun 1921 menjadi PKHT dan pada tahun 1924 M menjadi PKI. Berontak tahun 1926 dan 1927 di Sumatra, 1948 di Jawa/Madiun, 1965 G30S di Jakarta.

Komunisme bagi Sarekat Islam seperti duri dalam daging, semenjak awal datangnya faham ini membidik SI sebagai sasaran untuk mensosialisasikan ide-idenya. Sarekat Islam yang berbasis rakyat kecil, adalah lahan subur bagi komunisme. Ketika Sun Yat Sen memimpin revolusi cina, Lenin sangat terkesan dan menaruh harapan besar bagi perkembangan komunisme di Asia. Oleh sebab itu Lenin memerintahkan kontak yang lebih dekat dengan gerakan emansipasi di Timur khususnya negeri-negeri yang dipengaruhi Hinduisme. Perkembangan yang ‘menggembirakan’ komunisme di Asia digambarkan lewat ungkapan Lenin yang dicatat oleh G. Sinovjet dalam Die Weltpartei des Leninismus: “Apa yang terjadi di Barat memang sangat penting, tetapi apa yang terjadi di Timur lebih penting, karena membuka jalan untuk berevolusi”. Revolusi Rusia (revolusi Bolsjewik), pada tahun 1917, memberikan dorongan kaum komunis diseluruh dunia untuk menyusun langkah-langkah menuju revolusi dunia. Pada tahun 1918 SDAP mentransformasikan dirinya menjadi Partai Komunis Belanda.

Upaya-upaya untuk mengeluarkan orang-orang Komunis diprakarsai oleh Agus Salim dan Moeis yang memandang bahwa perbedaan antara yang terjadi adalah perbedaan prinsip. Oleh sebab itu Komunisme merupakan tantangan utama bagi Sarekat Islam dalam bidang ideologi. Neratja edisi 18 Oktober 1921 memuat tulisan Agus Salim yang menyatakan bahwa tindakan disiplin haruslah juga diambil terhadap PKI karena hal ini sangat perlu untuk menegakkan dasar partai, yaitu Islam. Panetrasi dassar-dasar bukan Islam mengakibatkan partai melemah. Kemudian Salim berkeyakinan bahwa tidak perlu mencari isme-isme lain yang akan mengobati pergerakan, obatnya ada dalam asasnya sendiri, asas yang lama dan kekal yang tidak dapat dimubahkan orang sunggupun sedunia memusuhi dengan permusuhan lain atau tazim, asas itu adalah Islam. Segala kebajikan yang terdapat dalam suatu isme, ada dalam Islam dan sesuatu kecelaan atau kenistaan dalam suatu isme tidak terdapat dalam Islam.

Kongres Nasional VII digelar di Surabaya dihadiri oleh 36 cabang SI. Tjokroaminoto tidak hadir pada kongres tersebut, sehubungan dengan penahanan yang dilakukan pemerintah Belanda dengan tuduhan bahwa Tjokroaminoto telah memberikan keterangan palsu dalam kasus afdeiling B.

Semaoen dan Tan malaka berusaha mempengaruhi keputusan sidang agar tidak menyetujui kebijakan disiplin partai, melalui pidatonya yang masing masing diberi waktu lima menit. Pada pidatonya Tan malaka menyatakan sebagai berikut :

"Saya telah mengemukakan berbagai hal yang sama-sama ada pada PKI dan CSI. Saya menunjuk persatuan antara kalangan Muslimin di Kaukasus, Persia, Bukhara dan daerah-daerah lainnya dengan kaum Bolsycwik. Persatuan dengan kaum buruh Islam itu dianggap oleh kaum kapitalis Inggris sebagai suatu bahaya bagi penindasannya. Itulah sebabnya Pemerintah Inggris sampai minta dua kali dengan sangat kepada pemerintah Soviet menghentikan propagandanya di negara-negara Islam. Ini menggambarkan betapa sadarnya kaum Islam di luar Hindia dan benar-benar memahami siapa kawan dan siapa lawan mereka di dunia ini. Dikongres saya minta pemimpin-pemimpin CSI membujuk anggotanya supaya tidak mau menerima disiplin partai."

Pada tahun 1921 Tjokroaminoto ditangkap dan ditahan oleh Belanda. Penahanan terhadap Tjokroamnoto terjadi dilatarbelakangi peristiwa-peristiwa kerusuhan di Toli-toli, Sulawesi yang mengakibatkan ditangkapnya Moeis dengan tuduhan telah Mengadakan provokasi terhadap masyarakat Sulawesi. Kemudian kejadian berdarah di Cimareme pada tanggal 7 Juli 1919.

Pada pemeriksaan mengenai kasus tersebut terungkap suatu organisasi rahasiah bernama Sarekat Islam Afdeling-B. Beberapa pengurus SI, seperti Sosrokardono dituduh terlibat dalam perkara tersebut. Kemudian Tjokroaminoto ditangkap pada bulan September 1921 dengan tuduhan memberikan keterangan palsu pada pengadilan Sosrokardono. Tjokroaminoto dibebaskan pada bulan April 1922.Penangkapan serta penahanan terhadap Tjokroaminoto ini mendapat reaksi keras bahkan dari kalangan pers Belanda dan Dewan Rakyat yang menyatakan bahwa tuduhan itu adalah rekayasa dengan tujuan memfitnah

SIMPULAN


Sarekat Dagang Islam merupakan salah satu tonggak sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia. Melalui Sarekat Dagang Islam para penganut agama Islam di Indonesia mulai berani menampakkan diri , dari sebelumnya yang selalu ditekan habis oleh pemerintah Belanda. Sarekat Dagang Islam mengalami masa kejayaan ketika Tjokroaminoto bergabung menjadi anggotanya.

Dibawah kepemimpinan Tjokroaminoto, SI menjadi organisasi pergerakan pertama yang mampu mengadakan mobilisasi massa dalam sebuah vergadering (rapat terbuka) yang diadakan pada 26 Januari 1913 di Surabaya. Rapat terbuka tersebut dihadiri 12 afdeling (cabang) dari 15 afdeling yang ada dan berhasil menyedot atensi massa sebanyak 80.000 orang. Pada Kongres Kedua SI yang diadakan di Yogyakarta, April 1914, merupakan momen yang sangat bersejarah bagi Tjokroaminoto, SI, dan bagi rakyat Indonesia saat itu dimana Tjokroaminoto menjadi pemimpin tertinggi SI menggantikan H. Samanhoedi. Pada pembukaan kongres tersebut permintaan Samanhoedi agar tidak ada perubahan kepengurusan ditolak oleh peserta kongres. Mereka menginginkan Samanhoedi untuk menyerahkan kepengurusan kepada generasi muda yang lebih pandai dan memiliki kapasitas. Untuk meredakan suasana dan memberikan apresiasi kepada Samanhoedi Hasan Djajadiningrat mengusulkan agar Samanhoedi ditetapkan sebagai Ketua Kehormatan CSI (Central Sarekat Islam), sebuah posisi tanpa kekuasaan.

Kepiawaian Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi. Melalui lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil memperoleh status hukum dan mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal. Selain itu, SI juga berhasil mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central Sarekat Islam (CSI). Sampai Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil diubah menjadi SI lokal dan nantinya terus bertambah. Maka, amat wajar pengaruh Tjokroaminoto semakin besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk menjadi suksesor Samanhoedi. Di tangan Tjokroaminoto-lah SI mengubah konsep pergerakannya dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan nasional yang berorientasi sosial politik dan kepemimpinannya beralih dari kelompok borjuis pribumi ke kaum intelektual yang terdidik secara Barat.


Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Sarekat Dagang Islam (Sejarah dan Perkembangannya)"