Masa
pertengahan ditandai dengan kemunduran total imperium di Baghdad.
Ibarat orang yang menderita penyakit akut dan tengah menunggu
ajalnya. Maka, sudah barang tentu akan mudah ditebak, bila kemudian
hari pemerintahan pusat di Baghdad tidak dapat mempertahankan
wilayah kekuasaannya. Kondisi seperti ini dimulai dengan adanya
pemberontakan-pemberontakan dan lepasnya kontrol kekuasaan secara
politik di seluruh wilayah Islam. Otoritas Islam di Spanyol merdeka
penuh dengan diproklamirkannya sistem kekhalifahan sendiri oleh ‘Abd
al-Rahman al-Dakhil (w 788 M/172 H). Begitu pula yang terjadi pada Daulah Fatimiyah di Mesir. Pemberontakan
ini merupakan awal aspirasi pembentukan dinasti-dinasti kecil di
Timur dan Barat Baghdad. Dinasti-dinasti kecil disini adalah semula
wilayah tingkat satu yang biasa dikepalai oleh wali atau amir
(gubernur) atas penunujukan pemerintah pusat. Selanjutnya pusat
memberikan jaminan otonomi terhadap wilayahnya. Namun, pada
perkembangannya wilayah tersebut sedikit demi sedikit sengaja
melepaskan diri dari pemerintaha pusat (disintegration,
dismembered)
sehingga oleh beberapa sejarawan disebut dengan dinasti-dinsati kecil
(petty
dynasties atau
smaller
dynasties).
Dinasti-dinasti
kecil yang terdapat di Barat Baghdad antaralain: Dinasti Idris
(172-311 H/ 788-932 M), Dinasti Aghlabi (184-296 H/800-909 M),
Dinasti Thuluni (254-292 H/ 868-905 M), Dinasti Ikhsidi (323-358 H/
935-969 M) dan Dinasti Hamdani (296-394 H/ 905-1004 M). Sedangkan
yang terdapat di Timur Baghdad antaralain: Dinasti Thahiri (205-259
H/ 821-875 M), Dinasti Saffari (254-290 H/ 867-903 M) dan Dinasti
Samani (261-389 H/ 87-999 M). Kemunculan
dinasti-dinasti kecil ini membuat kekhalifahan Banni Abbas sebagai
simbol kekuatan politik Islam dalam menghadapi persoalan-persoalan
disintegrasi yang menjadi salah satu penyebab kemunduran pemerintahan
Baghdad.
Pembahasan
Begitu
banyak peristiwa dan corak pemerintahan yang terjadi di masa
pertengahan ini. Selain kekuasaan Abbasiyah yang sungguh mencolok,
juga karena keikutsertaan dinasti-dinasti kecil dalam memeriahkan
perjalanan Sejarah Islam di dunia. Pada setiap masa pasti ada fase
kejayaan dan juga kemunduran (kemerosotan). Kemunduran yang terjadi
pada masa pertengahan ini tidak sekaligus, namun berangsur-angsur dan
memakan waktu yang cukup lama. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
kemunduran masa pertengahan antaralain:
Lahirnya beberapa dinasti kecil di Barat dan Timur kota Baghdad
Dinasti-dinasti
yang kecil yang lahir dan melepaskan diri dari Khalifah Abbasiyah
diantaranya adalah: Bangsa Persia, Bangsa Turki, Bangsa Kurdi dan
Bangsa Arab (termasuk dinasti yang saya tulis dalam pendahuluan
diatas)
Adanya Perang Salib
Sebagaimana
yang telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang
dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart. Tentara Alp
yang hanya berjumlah 15.000 prajurit dapat mengalahkan Romawi yang
berjumlah 200.000 orang. Peristiwa kekalahan ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap Islam, yang
kemudian mencetuskan Perang Salib.
Kebencian
itu makin menjadi setelah Dinasti Saljuk dapat merebut baitul
maqaddis
dari tangan Fatimiyah di Mesir. Penguasa Saljuk menerapkan peraturan
(merugikan) bagi umat Kristen yang ingin berziarah kesana. Peraturan
ini dirasakan sangat berat dan terlalu mengada-ada. Oleh karena itu,
penguasa tertinggi umat Kristen yang saat itu bernama Paus Urbanus II
untuk menggelar perang suci. Perang ini dikenal dengan Perang Salib
dan dilakukan selama tiga periode. Akibat dari Perang Salib ini, umat Islam menderita banyak sekali.
Kerugian ini mengakibatkan melemahnya kekuatan politik Islam.
Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas
Khalifah
Abbasiyah yang telah melemah, semakin menunjukkan kemerosotannya pada
akhir-akhir pemerintahannya. Beberapa penyebab terjadinya kemunduran
dalam Dinasti Abbasiyah:
- Persaingan antarbangsa
- Kemerosotan Ekonomi
- Konflik Keagamaan ancaman dari Luar negeri
Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam di Spanyol
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, dan ketika Islam mulai memasuki era kemunduran, Eropa bangkit. Kebangkitan ini bukan hanya terlihat dari bidang politik yang telah mampu mengalahkan beberapa kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya. Kemajuan yang juga tak kalah pesatnya adalah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan-kemajuan ini sebenarnya sama-sekali tidak dapat dipisahkan dari penguasa Islam yang menyebarkan Islam di kawasan Spanyol.
Ibarat
“guru” bagi murid-muridnya, Islam dijadikan tempat utama untuk
menimba ilmu bagi bangsa Eropa Kristen. Mereka banyak belajar di
pergurua-perguruan tinggi yang terdapat di kawasan Islam (Baghdad
Timur).
Rintisan
agar dapat mencapai kemajuan yang hebat di kawasan Eropa dilakukan
dalam tujuh periode. Sungguh bukan hal yang main-main, karena
pencapaian kejayaan di Spanyol juga bisa dibilang lama yakni selama
tujuh abad. Banyak prestasi yang diperoleh Eropa dengan adanya Islam
disana dan membawanya pada kemajuan yang cukup kompleks. Diantara
kemajuan yang dicapainya sebagai berikut:
- Kemajuan intelektual
- Kemegahan Pembangunan Fisik
- Faktor-faktor pendukung kemajuan
Dalam
setiap kemajuan juga pasti akan disertai dengan kemunduran. Beberapa
faktor penyebab kemunduran antaralain:
- Konflik Islam dengan Kristen
- Tidak adanya ideologi pemersatu
- Kesulitan ekonomi
- Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
- Keterpencilan
Penyerahan Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan
Jatuhnya
kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan hanya
mengakhiri Kekhalifahan Abbasiyah tapi juga merupakan awal kemunduran
politik dan peradaban Islam disana. Baghdad yang merupakan pusat
peradaban Islam dan Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan dihancurkan
oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Hulagu Khan meneruskan tradisi kakeknya Janghis Khan yang membawa kehancuran di dunia Islam. Ia merusak apaun yang ditemuinya dan merobohkan tempat-tempat ibadah. Seluruh peradaban dan kebudayaan Islam hancur berantakan. Setelah Hulagu Khan membumihanguskan kota dan penduduknya, ia kembali ke Azdsebaija. Pada tanggal 12 September 1259 M, Hulagu menuju Syiria. Selanjutnya pada tanggal 20 Januari 1260 M, Hulagu menaklukkan Allepo, disusul kemudian dengan Hamam dan Hamim Syria Utara.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjtnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah yang diberikan oleh Hulagu. Dareah yang dikuasai oleh Hulagu adalah Asia Kecil di Barat India, di Timur dan di Tabriz. Hulagu meninggal pada tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya yang bernama Abaga yang kemudian masuk Kristen.
Serangan-serangan Timur Lenk
Setelah satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit akibat serangan bangsa Mongol di bawah kuasa Hulagu Khan, serangan yang datang dari keturunan Mongol kembali terjadi. Penyerangan ini berasal dari Dinasti Ilkhan. Penyerang ini telah memeluk Islam, namun sisa kebiadabannya masih sangat terlihat. Serangan ini dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.
Sejak
muda keberanian dan keperkasaan Timur Lenk telah terlihat. Saat
berusia 12 tahun, ia telah terlibat dalam beberapa peperangan dan
menunjukkan kehebatan dan keberaniannya yang mengangkat dan
mengharumkan namanya di kalangan bangsanya. Peperangan demi
peperangan dia ikuti hingga menginjak masa dewasa, ia sering kali
ditunjuk sebagai panglima perang yang tangguh. Pada tahun 1401 M, ia
memasuki wilayah Syiria bagian utara dan menghancurkan pemerintahan
Allepo.
Sekalipun ia dikenal sebagai pemimpin yang kejam dan ganas, sebagai seorang Muslim Timur Lenk juga memperhatikan pengembangan Islam. Dalam beberapa literatur dipaparkan bahwa ia adalah serang penganut Syi’ah yang taat dan menyukai Tarekat Naqsyabandiyah. Dalam perjalannya, ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan sangat dihormatinya. Belum diketahui waktu yang tepat meninggalnya Timur Lenk, hanya ada data yang mengatakan bahwa kedudukannya diperebutkan dan digantikan oleh anaknya Syah Rukh. Cukup bangus pemerintahan yang dijalankan oleh Syah Rukh, namun ini tidak bertahan lama dan digantikan oleh ‘Abd al-Latif.
Berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir
Mamluk atau Mameluk (Bahasa Arab: مملوك, mamlūk (tunggal), مماليك, mamālīk (jamak)) adalah tentara budak yang telah memeluk Islam dan berdinas untuk khalifah Islam dan Kesultanan Ayyubi pada abad Pertengahan. Mereka akhirnya menjadi tentara yang paling berkuasa dan juga pernah mendirikan Kesultanan Mamluk di Mesir.
Pasukan
Mamluk pertama dikerahkan pada zaman Abbasiyyah
pada abad ke-9.
Bani Abbasiyyah merekrut tentara-tentara ini dari kawasan Kaukasus
dan Laut Hitam
yang pada mulanya bukanlah orang Islam. Dari Laut Hitam direkrut
bangsa Turki
dan kebanyakan dari suku
Kipchak.
Pada
tahun 1249 keluarga Ayyubiyah diruntuhkan oleh sebuah pemberontakan
oleh salah satu resimen budak (mamluk)-nya, yang membunuh penguasa
Ayyubiyah. Kekuasaan saat itu berada di tangan perempuan bernama
Syajar al-Durr janda al-Shalih dari Dinasti Ayyubiyah.
Selama delapan tahun dia berkuasa sebelum akhirnya mengangkat nama
‘Izzuddin Aybag sebagai sultan (atabeg
al-askar)
yang baru sekaligus suaminya. Pada awal-awal pemerintahan Aybag sibuk
memberantas legitimasi Ayyubiyah yang berada di Suriah. Sebelum
akhirnya ia membunuh istrinya (Syajar) dan kekuasaan seluruhnya
berada di tangan Aybag.
Selama berdiri (648 H/1250 M) hingga runtuh (922 H/1517 M) Dinasti Mamluk (Mamalik) memiliki dua periode kekuasaan. Pertama, kekuasaan Mamluk Bahri pada tahun 1250 M hingga 1389 M. Asal nama Bahri didapat karena barak-barak yang digunakan oleh para pasukan berada di Pulau Rawdhah dekat denangan Sungai Nil (Al-Bahr). Kedua, kekuasaan Mamluk Barji pada tahun 1389 M hingga 1517 M. Asal nama Barji didapatkan dari penempatan pasukannya di benteng (Al-Burj).
Kemajuan-kemajuan
yang terjadi di dalam Dinasti Mamluk meliputi: Bidang Pemerintahan,
Perekonomian, Ilmu Pengetahuan, Pembangunan serta Seni dan Sastra.
Awal Kemunduran Dinasti Mamluk dipicu karena tampuk pemerintahan
yang dipegang oleh kaum Burji. Kaum Burji mayoritas berasal dari
wilayah Siskasius. Kaum ini secara tegas menolak pewarisan kekuasaan.
Mereka menganggap bahwa sultan hanyalah primus
inter pares
dengan kekuatan nyata berada di tangan penguasa militer (oligari
militer). Kekuasaan yang telah menjadi tanggung jawab ini tidak sepenuhnya
berhasil. Faktor yang melatabelakangi adalah rendahnya tingkat moral
yang dimiliki tiap-tiap sultan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya
menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya, semangat kerja menurun dan
perekonomian tidak stabil.
Pada
tahun 1421 terjadi tiga kali pergantian sultan dan kekuasaan Qa’it
Bay menjadi kekuasaan yang paling lama. rezim ini terjadi politik
tipu daya, pembunuhan, pembantaian dan kejahatan-kejahatan lainnya. selain itu penyebaran penyakit karena musim kemarau yang
berkepanjangan merebak di mana-mana. Di lain pihak muncul tantangan
baru dari kerajaan Usmani. Kerajaan ini yang mengakhiri eksistensi
dari Dinasti Mamluk di Mesir.
Dinasti
Mamluk adalah Dinasti yang terbentuk dari kumpulan budak-budak
Dinasti Ayyubiyah yang memerdekakan diri. Sistem pemerintahan yang
dianut Dinasti ini adalah oligarki militer, bukan sistem monarki
seperti dinasti-dinasti terdahulu. Terjadi beberapa pembaharuan yang
mengangkat citra Mesir menjadi lebih baik di mata wilayah sekitarnya.
Sultan Mamluk yang terkenal unggul adalah al-Malik Zhahir Rukn al-Din
Baybar al-Bunduqdari.
Dalam bidang
keilmuan yang banyak berkembang adalah ilmu kedokteran dan
matematika. Selain itu, dunia pembangunan juga didominasi dengan
direnovasinya makam-makam para sultan dan dibangunnya masjid-masjid.
kemunduran dinasti Mamluk berawal ketika tampuk pemerintahan dipegang
oleh kaum Barji dan berakhir di tangan kerajaan Usmani.
Dengan berakhirnya
pemerintahan Mamluk di Mesir berakhir pula masa pertengan dalam
Islam. Secara garis besar, memang masa pertengahan ditandai dengan
lahirnya dinasti-dinasti kecil dan diakhiri dengan runtuhnya
kekuasaan Dinasti Mamluk.
Daftar Pustaka
Asy’ary,
Hasyim dkk.. 2004. Pengantar
Studi Islam.
IAIN Sunan Ampel Press: Surabaya.
Bosworth, C.E..
1980. Dinasti-Dinasti
Islam.
Manchester: PT Mizan Khazanah Ilmu.
K.
Hitti, Philip. 2006. History
of the Arabs.
Jakarta: PT Serambi ilmu Semesta.
Nurhakim,
Moh. 2004.Sejarah
dan Peradaban Islam.
UMM Press: Malang.
SJ., Fadil. 2008.
Pasang
Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.
UIN Malang Press: Malang.
Yatim, Badri. 2010.
Sejarah
Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.
PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
0 Komentar untuk "Islam Pada Masa Pertengahan"